![]() |
Suasana kegiatan KSM SPA |
Bermula 7 Januari 2013 saat FO tiba di Giet Pukul 14.00, rencana awal ingin memulai Sekolah Lapangan Pupuk Kompos ternyata gagal karena lahan bersama yang seharusnya sudah siap ternyata belum dibuka..!! Saat itu ada pantang kampung yang sangat berpengaruh terhadap masyarakat. Oleh karena itu diadakanlah pertemuan lanjutan setelah pantang kampung berakhir pada tanggal 15 Januari 2013. FO menyerahkan Spanduk Hidup Hemat kepada KSM Siling Pancor Aji untuk segera dipampang di Giet, dan menyerukan agar para pengurus KSM dapat mengorganisir anggota untuk menyiapkan lahan bersama agar Sekolah Lapangan dapat dilaksanakan.
19 Januari FO kembali mendatangi Giet, ternyata tetap tidak terjadi apa-apa terhadap Lahan Bersama, bahkan spanduk masih terlipat rapi di lantai ruang tengah rumah Ketua KSM. Ketua (Sudarsono) dan Sekretaris (Rizal Bakri) telah mengabaikan tugas dalam mengkoordinir anggota dan pembuatan proposal. Menyadari ada masalah serius dalam tubuh Pengurus KSM Siling Pancor Aji, FO pun mengumpulkan pengurus. Diketahui kemudian bahwa perpecahan dalam kepengurusan disebabkan adanya provokasi dari Luar Giet yang menyebabkan Ketua dan Sekretaris mengundurkan diri.
FO pun kembali berinisiatif untuk menyelamatkan KSM ini dengan sekali lagi mengumpulkan sisa pengurus dan anggota yang masih sanggup diakomodir, dalam Rapat Luar Biasa dengan tujuan penyegaran kepengurusan dan perampingan keanggotaan. Di dalam rapat tersebut FO berkata “Organisasi yang baik tidak diukur dari banyaknya jumlah anggota, namun dari kualitas kerjanya. Selama masih ada beberapa orang yang serius dengan cita-cita organisasi, maka KSM Siling Pancor Aji tidak akan bubar. KSM SPA mungkin terlalu gemuk, sehingga untuk berjalan saja kesulitan. Untuk itu KSM harus dijadikan lebih kurus supaya bisa berlari kencang”. Pertemuan tersebut menghasilkan KSM yang lebih ramping dengan 15 anggota, 3 orang pengurus yang tersisa pun digeser posisinya; Matius Mungkin (Ketua), Socen (Sekretaris), dan Milen (Bendahara). Strategi baru pun diatur, untuk menghemat waktu kerja; penanaman bibit entrys, batang bawah, dan kebun sayur digabungkan ke satu lahan.
Anggota KSM pun menjadi lebih bergairah bekerja saat tanggal 25 Januari FO membawa stum karet unggul PB-260 untuk entrys. Sejak hari itu, FO terus menggenjot KSM dengan aktif mengajak anggota bekerja di lahan bersama pada siang hari, dan berbagi cerita dengan pengurus dan anggota pada malam hari. Menggerakkan anggota sangatlah tidak mudah. Seringkali FO bersama Ketua baru berkeliling mengajak anggota untuk bekerja, namun tetap saja sulit karena di bulan Februari – Maret adalah musim panen padi (sebagian besar masyarakat Giet sibuk memanen padi). Sempat tercatat dalam 2 kali kegiatan hanya 3 orang saja yang hadir, itupun sudah termasuk FO. Hal ini tidak lantas menyurutkan semangat, justru kegiatan tetap berjalan.
FO terus mendampingi dan ikut serta bekerja dalam kegiatan gotong royong di lahan bersama pada bulan Januari 2013 tanggal 27, 28, 29, 31 Jan, dan pada bulan Februari tanggal 2, 3, 5, 7, 9, 10, 11, 12. Setelah 3 hari beristirahat di rumah, FO kurang enak badan, namun karena pekerjaan yang belum tuntas tanggal 16 memutuskan kembali ke komunitas, dan 17 sore pulang karena kembali sakit akibat agak memaksakan diri bekerja di bawah hujan.
Di bulan Februari 2013 FO sempat 2 kali mengajak pengurus SPA berkunjung ke Sei Bansi untuk melihat dan mempelajari sejauh mana hasil kerja di lahan bersama KSM Pateh Banggi.
Hari demi hari bibit entrys tumbuh semakin subur dan membuat beberapa anggota yang serius semakin bersemangat. Hingga awal Maret 2013 anggota KSM SPA terus menciut hingga 11 orang, dan masuknya suami dari salah seorang anggota, yaitu Bpk Pede sebagai Wakil Ketua. Kendati jumlah menciut, kinerja anggota yang aktif semakin jelas terlihat hari demi hari.
Diperkirakan musim panen masih terus berlanjut hingga minggu kedua Maret. Namun berkat kerja keras anggota kelompok, KSM SPA sudah mampu mengejar ketertinggalannya dari KSM PB dalam hasil kerja dan praktek Sekolah Lapangan. FO cukup puas dengan hasil ini.
Beberapa hal untuk dibagikan:
Jadi pelaku dan jangan hanya menunggu
Untuk bisa mendengarkan keluhan, kita harus memiliki waktu yang cukup berada di komunitas.
Semangat dan rasa kebersamaan dalam bekerja harus selalu ditumbuhkan. Salah satu cara yang dapat dicoba ialah dengan mengawali setiap kegiatan dengan doa bersama.
Jangan sebut diri kita “Fasilitator” kalau tidak mau mengembangkan diri. Seorang Fasilitator sebaiknya tidak hanya memfasilitasi saja, namun mampu menjadi organisator, motivator, generator, dan inspirator yang “memberikan contoh” bagi orang lain.
Koordinasi tim. (JKP)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar